OLEH KELOMPOK : I2
1. JAYA
GAUTOMO 125040201111002
2. KARUNIA
PRATAMA P. 125040201111001
3. KISNATUN
NOFIYAH 125040201111003
4. LUTFI
KHOMAROH 125040201111011
5. KHAERUL
MUTTAQIEN 125040201111071
6. LUTFI
PRAMUKYANA 125040201111106
7. MAR’ATUS
ESKY RINATA 125040201111161
8. LIBELA
SEPTA WAHDINI 125040201111167
9. KHUSNUN
AZIZAH 125040201111177
10. LUKMAN
FEBRIANSYAH 125040201111185
11. M. BAYU
MARIO 125040201111238
12. KHOIRUN
NISA’ 125040201111248
13. LATIFATUN
NISA’ 125040207111009
14. LEA
AGITA TARIGAN 125040201111293
15. LUFI
WULANDARI 125040207111043
ASISTEN :
DIAN KUSUMA AYU
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
Pengetahuan tentang
besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan modal penting dalam
program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe mencerminkan besarnya
potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima perbaikan. Populasi
dengan keragaman genotipe rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut
secara genetis relatif homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman
unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya kergaman genotipe
suatu populasi perlu diketahui komponen-komponen yng menyusun keragaan individu
tanaman penyusun populasi.
Persilangan akan
mengakibatkan timbulnya populasi keturunan yang bersegregasi. Adanya segregasi
ini berarti ada perbedaan genetik pada populasi, sehingga merupakan bahan
seleksi, guna meningkatkan sifat. Generasi keturunan yang bersegresi dapat
berbeda karena perbedaan macam persilangan.
Keragaman yang dapat diamati pada
suatu individu tanaman merupakan perwujudan dari faktor genetis yang menjadi
ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotipe) dan faktor lingkungan yang menjadi
tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagaiberikut:
Dimana P adalah
keragaman yang dapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman
(genotipe) dan E adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur
secara langsung maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian.
Penguraian fenotipe menjadi komponen G dan Enviroment tidak mungkin dilakukan
berdasarkan pengamatan langsung individu tanaman, karena G maupun Enviroment
tidak dapat diamati secara langsung. Karena itu penguraian perlu dilakukan
berdasarkan populasi tanaman dan hubungan diatas menjadi:
h2 = =
keterangan:
h2 = heritabilitas
s2g =
ragam genetik
s2p =
ragam fenotip
s2e =
ragam lingkungan
Teknik analisis
yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan diatas
adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians.
Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan
genotipe, namun belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut
terhadap keragaman fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis
yang masih perlu ditaksir, yaitu heretabilitas ( h2 ) atau daya waris (dalam
hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas).
Heretabilitas merupakan nilai relatif yang menunjukkan besarnya sumbangan
keragaman genotip dan dapat dinyatakan sebagai
berikut, nilai h2
menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan dan memiliki nilai antara 0 dan 1, jika h2 = 1
berarti bahwa keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan
genotipe, sebaiknya jika h2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul
karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas : 0 – 20
(rendah) ; 20 – 50 (sedang) ; >50 (tinggi).
Mempelajari cara penafsiran
besarnya keragaman genotipe dan heretabilitas arti luas dari sifat-sifat
tanaman.
-
Heritabilitasmerupakansuatutolakukur yang digunakandalamsuatuseleksi, yaitu
untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada
keturunannya.
(E.J Warwick, 1995)
- Heritabilitas adalah parameter genetik
yang mengukur kemampuan suatu genotype dalam suatu populasi tanaman
untuk mewariskan karakter yang dimiliki atau suatu pendugaan yang mengukur
sampai sejauh mana variabilitas penampilan suatu genotype dalam suatu populasi
tanaman yang disebabkan oleh peranan factor genetik.
(Poelman
dan Sleeper,1995)
-
Heritability refers to
the role of genetic and environmental factors to the inheritance of a character
plants.
(Allard,1960)
2.2 Kegunaan / Manfaat heritabilitas
Untuk mengetahui ada tidaknya kemajuan
seleksi (genetic gain) dari populasi hasil seleksi, untuk menentukan metode
seleksi yang akan digunakan., un tuk menentukan waktu pelaksanaan seleksi pada
generasi awal atau generasi tertentu.
(Kuswanto,2012)
Beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya pengukuran heritabilitas antara lain karakteristik populasi, sampel
genotip yang diteliti, metode perhitungan, seberapa luasnya evaluasi genotip,
adanya ketidak seimbangan pautan yang terjadi, dan tingkat ketelitian selama
penelitian
(Fehr,W.R,1987)
·
Penggaris/Meteran :
Untuk Mengukur Jarak Lubang Tanam
·
Sekop : Untuk Meratakan dan Melubangi
Media
Tanam (tanah)
·
TaliRafia : Untuk Membuat Batasan
·
Kayu : Untuk Penyangga Batasan
·
Buku Panduan
Heritabilits : Untuk Pustaka /
Panduan teknik
Persilangan yang Bersangkutan
·
Kamera : Untuk
Dokumentasi
·
Tanah :
Sebagai Media Tanam
·
Benih Kedelai : Sebagai Bahan Perlakuan
(varietas Anjasmoro, Tagamus,Wilis)
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu
: Senin,14
April 2013 Jam 06.00 Pagi
Tempat
Praktikum : Lahan Parkir BP
Siapkan
Alat dan Bahan
Gemburkan Tanah Terlebih Dahulu
Tentukan
Jarak Tanam (20 cm)
Buat
Lubang Pada Jarak Tanam yang Sudah di Buat
Masukkan
Benih Kedelai
Tutup
Lubang Kembali
Lakukan
Pengamatan Tentang Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun (5x Pengamatan Tiap Minggu)
Buat Laporan
Nama
komoditi : Kedelai
Varietas : 1. Tagamus
2.
Wilis
3.
Anjasmoro
Luas
tanam : 90 cm x 225 cm
Jumlah
populasi : 30
Tanggal
tanam : 14 April 2013
Tanggal
pengamatan :
23 April, 30 April, 7 Mei 2013
Genotipe
|
Ulangan
|
No. Tanaman
|
Pengamatan ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
25
26
30
28
25
|
44
40
38
42
41
|
42
44
39
37
44
|
52
53
54
56
48
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
32
27,5
26
36
24
|
46
35
38
41
36
|
42
28
29
36,5
36
|
29,2
15
28
25
32
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
32
34
36
30
31,2
|
43
45
45,5
44
44
|
47
46,5
44,5
45,5
46
|
50
48
46,5
49
48,5
|
Genotipe
|
Ulangan
|
No. Tanaman
|
Pengamatan ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
3
2
3
2
2
|
3
3
3
2
3
|
5
5
6
7
7
|
10
11
11
8
9
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
6
7
4
5
5
|
12
12
9
7
7
|
5
10
7
6
4
|
13
12
11
7
10
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
6
6
6
6
6
|
11
7
8
9
8
|
12
15
14
11
10
|
14
17
16
13
11
|
Genotipe
|
Ulangan
|
No.
Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
23
20,5
16,5
11,5
19
|
23
22,5
20,5
16
19
|
21
22,5
26
21,5
22
|
21
23,5
18,5
21,5
27,5
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
21
24
20
23
22
|
25
27
24
25
26
|
30
33
28
30
31
|
39
40
38
37
41
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
20
18
23
21
22
|
22
20
21
24
26
|
28
37
40
40
47
|
39
41
44
51
44
|
Varietas: wilis ; Karakter: jumlah daun
Genotipe
|
Ulangan
|
No. Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
5
5
4
4
3
|
7
6
5
7
5
|
6
6
8
9
5
|
6
10
4
11
9
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
3
4
3
4
4
|
4
5
5
4
5
|
5
7
6
5
7
|
7
9
9
7
10
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
4
6
5
2
5
|
6
7
7
5
6
|
7
8
8
6
7
|
9
10
8
8
8
|
Varietas: Kedelai varietas anjasmoro ; Karakter: Tinggi
tanaman
Genotipe
|
Ulangan
|
No.
Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
24
32
29,5
22
31,5
|
21
43
37
40
32
|
43
48
41
35
49
|
45
44,8
38
49
40,5
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
28
28
28
26
26
|
28,5
29
30
28
29
|
30
31
30,5
29,5
30
|
31,5
33
32
34
30,5
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
24
25
24
23
22
|
32
26
27
26
26
|
35
29
34
35
mati
|
37
35
37
37
Mati
|
Varietas: Kedelai varietas anjasmoro ; Karakter: Jumlah Daun
Genotipe
|
Ulangan
|
No.
Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U1
U1
U1
U1
U1
|
1
2
3
4
5
|
3
4
4
3
2
|
4
5
7
3
3
|
5
5
3
5
7
|
6
12
4
4
11
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U2
U2
U2
U2
U2
|
1
2
3
4
5
|
4
5
6
8
4
|
5
8
7
10
5
|
7
11
9
12
8
|
10
12
11
14
11
|
V1
V1
V1
V1
V1
|
U3
U3
U3
U3
U3
|
1
2
3
4
5
|
8
8
8
8
8
|
5
4
5
3
3
|
6
5
6
5
mati
|
7
6
7
7
mati
|
Tabel
rerata pengamatan karakter Kedelai
Genotip
|
Ulangan
|
Total
|
I
|
II
|
III
|
Tanggamus
Wilis
Anjasmoro
|
41,2
22,6
43,2
|
34,3
30,4
30,2
|
45,9
38,4
26,6
|
|
Total
|
107
|
94,9
|
110,9
|
312,8
|
Genotip
|
Ulangan
|
Total
|
I
|
II
|
III
|
Tanggamus
Wilis
Anjasmoro
|
6
4,2
5
|
6,4
3,2
9,4
|
12,4
3,6
12,4
|
24,8
|
Total
|
17,8
|
21,8
|
32
|
71,6
|
Tinggi
SumberKeragaman
|
derajatbebas
(db)
|
JumlahKuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
Genotip
Ulangan
Galat (eror)
|
3 - 1 =(2)
3 – 1 =(2)
(3 – 1)(3 – 1)
=(4)
|
159,1
- 8729,609
9075,029
|
|
Total
|
(9) – 1 =(3)
|
|
Daun
SumberKeragaman
|
derajatbebas
(db)
|
JumlahKuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
Genotip
Ulangan
Galat (eror)
|
3 - 1 =(2)
3 – 1 =(2)
(3 – 1)(3 – 1)
=(4)
|
|
|
Total
|
(9) – 1 =(8)
|
|
4.2 Analisis keragaman dan
taksiran kuadrat tengah (perhitungan nilai heritabilitas)
a.
Karakter Tinggi tanaman
FK(FaktorKoreksi)
= (Grand total)2/(jumlah
ulangan × Jumlah genotip)
FK =
(312,8)2 / (3
x 3)
=
10871,54
JKT (JK Total) = Kuadrat masing-masing nilai genotip dan ulangan–
FK
JKT = (41,2²+34,3²+45,9²+22,6²+30,4²+38,4²+43,2²+30,2²+26,6²)-
10871,54
= 11.376,06 -10871,54
= 504,52
JKg (JK
genotip) = {(Nilai total genotip masing-masing ulangan)2/ulangan)} –FK
JKg = ((121,4²+91,4²+100²)/3)
- 10871,54
= 11.030,64 - 10871,54
= 159,1
JKu(JK
ulangan) = {jumlah (Nilai total
masing-masing ulangan)2/genotip)}
– FK
JKu = ((107²+94,9²+110,9²)/3) - 10871,54
= 2141,931 - 10871,54
= - 8729,609
JKe (JK eror) =
JKT – JKg – Jku
= 504,52 - 159,1 – (- 8729,609)
= 9075,029
b.
Karakterjumlah daun
FK(FaktorKoreksi)
= (Grand total)2/(jumlahulangan
× Jumlahgenotip)
FK = (71,62) / (3 x 3)
=
569,62
JKT (JK Total) = Kuadrat masing-masing nilai genotip dan ulangan–
FK
JKT = (6²+6,4²+12,4²+4,2²+3,2²+3,6²+5²+9,4²+12,4² )-
569,62
= 538,68 – 569,62
=
- 30,94
JKg (JK
genotip) = {(Nilai total genotip masing-masing ulangan)2/ulangan)} – FK
JKg =
=
=
577,76 – 569,62
= 8,14
JKu(JK
ulangan) = {jumlah (Nilai total
masing-masing ulangan)2/genotip)}
– FK
JKu =
= 605,36 – 569,62
= 35,74
JKe (JK eror) = JKT – JKg – Jku
= (- 30,94) - 8,14 - 35,74
= - 74,82
Kemudian, kita dapat menduga
nilai Keragaman genetik dengan menggunakan analisis komponen ragam menurut
Steel dan Torrie (1980), sebagai berikut;
s2g = (KTg – KTe) : u
s²e = KTe
s²p = s²g+s²e
Keterangan:
KTg = kuadrat tengah genotip
KTe = kuadrat tengah galat (eror)
s2g = ragam genetik
s2e = ragam galat (eror)
u =
ulangan
Tinggi
Tanaman:
σ2g = (79,55
- 2268,75) : 3
= (- 2189,2) : 3
= - 729,73
σ2
e = 2268,75
σ2
p = σ2g + σ2
e
= (-729,73) + 2268,75
= 1539,016
Jumlah Daun :
σ2g = (4,07-(-18,705))
: 3
= (22,775) : 3
= 7,59
σ2
e = -18,705
σ2
p = σ2g + σ2
e
= 4,07 + (-18,705)
= -14,635
Heritabilitas diduga dengan analisis komponen ragam menurut
Allard (1960) sebagai berikut:
h2 = =
keterangan:
h2 = heritabilitas
s2g = ragam genetik
s2p = ragam fenotip
s2e = ragam lingkungan
Kriteria
heritabilitas yang digunakan adalah menurut Stanfield (1991):
< 0,2 = heritabilitas rendah
0,2 – 0,5 = heritabilitas sedang
> 0,5 = heritabilitas tinggi
Tinggi Tanaman:
h2 = = -0,474
Jumlah Daun:
h2 = = -0,518
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan di kebun praktikum jurusan budidaya pertanian, kami mengamati 2 karakter yaitu diantaranya tinggi tanaman dan jumlah daun.
Nilai heritabilitas dibagi dalam beberapa kategori menurut Stansfield yaitu
tergolong rendah jika nilai heritabilitasnya < 20 %, tergolong sedang jika
nilai heritabilitasnya 20-50 %, dan tergolong tinggi jika nilai
heritabilitasnya > 50 %.
Berdasarkan kategori tersebut maka nilai
heritabilitas yang diperoleh dari hasil analisis data untuk variable pengamatan
tinggi tanaman yaitu -0,474, menunjukkan bahwa nilai heritabilitasnya tergolong rendah. Untuk variable
pengamatan jumlah daun diperoleh nilai heritabilitas sebesar -0,518, menunjukkan bahwa nilai
heritailitasnnya juga tergolong rendah. Sama halnya dengan variable pengamatan
tinggi tanaman.
Semua variable pengamatan diatas menunjukkan nilai
heritabilitas yang tergolong rendah karena nilainya < 20 %. Hal ini berarti
bahwa peran genetik terhadap 2 variable pengamatan kedelai tersebut sangat
kecil dan sebagian besar fenotipenya dipengaruhi oleh lingkungan.
Heritabilitas adalah suatu
karakter nilainya tidak konstan, banyak faktor yang
mempengaruhi
nilai heritabilitas, antara
lain karakteristik populasi, sampel yang dievaluasi,
metode estimasinya, adanya pautan gen (linkage), pelaksanaan
percobaan, generasi populasi yang diuji, dan lain sebagainya. Untuk
perbanyakan generatif, karakter yang memiliki oleh nilai heritabilitas
rendah biasanya terdapat pada karakter kuantitatif dan diseleksi pada generasi
lanjut,sedang heritabilitas tinggi terdapat pada
karakter kualitatif dan dilakukan seleksi pada generasi awal. Perbanyakan
vegetatif, dapat langsung ditanam dan dilakukan seleksi individu.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya pengukuran heritabilitas antara lain
karakteristik populasi, sampel genotip yang diteliti, metode perhitungan,
seberapa luasnya evaluasi genotip, adanya ketidakseimbangan pautan yang
terjadi, dan tingkat ketelitian selama penelitian. Nilai duga heritabilitas
dibutuhkan untuk mengetahui proporsi penampilan yang diakibatkan oleh pengaruh
genetik yang diwariskan kepada keturunannya. Nilai duga Heritabilitas berkisar
antara 0,0 – 1,0, nilai duga heritabilitas sebesar 1,0 menunjukkan bahwa semua
variasi penampilan tanaman yang ditimbulkan disebabkan oleh faktor genetik
sedangkan nilai duga heritabilitas 0,0 menunjukkan bahwa tidak satupun dari
variasi tanaman yang muncul dalam populasi tersebut disebabkan oleh faktor
genetik (Babas, 2010).
4.3.3 Hubungan antara
taksiran nilai heritabilitas dengan seleksi yang digunakan untuk program
pemuliaan.
Heritabilitas (h2)
dimaksud sebagai proporsi ragam genotipe terhadap ragam fenotipe yang
dinyatakan dengan persentase. Nilai ini berguna untuk mengetahui sampai sejauh
mana pengaruh genotipe dan pengaruh lingkungan terhadap penampakkan fenotipe
suatu sifat. Heritabilitas sama dengan 100% bilamana tidak terdapat ragam
lingkungan. Bila ragam lingkungan membesar, maka nilai heritabilitas akan
menurun (Brewbaker, 1983). Taksiran heritabilitas digunakan sebagai langkah awal
pada pekerjaan seleksi terhadap populasi yang bersegregasi. Populasi tanaman
dengan sifat-sifat heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi,
sebaliknya dengan heritabilitas rendah masih harus dilihat tingkat rendahnya,
yakni bila terlalu rendah (hampir mendekati nol), berarti tidak akan banyak
berguna bagi pekerjaan seleksi tersebut. Menurut Makmur (1985), besaran nilai
heritabilitas dapat digunakan untuk menentukan apakah seleksi yang dilakukan
terhadap suatu sifat dari populasi tanaman pada lingkungan tertentu mengalami
kemajuan genetik atau tidak.
Heritabilitas merupakan parameter paling
penting dalam pemuliaan tanaman. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat
yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi.
Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam
fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik individu sangat
efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi
dilakukan berdasarkan kelompok. Populasi
dengan heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan
heritabilitas rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila
terlalu rendah, hampir mendekati 0, jadi pekerjaan seleksi tersebut tidak akan
banyak berarti.
Dari data pengamatan tanaman kedelai yang telah diperoleh, dapat
diketahui hubungan antara taksiran nilai heritabilitas yang rendah, baik dalam keragaman tinggi tanaman ataupun
keragaman jumlah daun dari tanaman kedelai. Hal ini menunjukkan adanya
keragaman fenotip yang rendah.
Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu populasi maka akan semakin
memungkinkan untuk dilakukan seleksi
dalam pemuliaan tanaman. Dengan demikian metode seleksi yang paling
tepat pada tanaman kedelai dengan heritabilitas tinggi adalah menggunakn metode
seleksi massa. Menurut Susan elrod (2007) , jika heritabilitas suatu sifat
tinggi, maka sebagian besar variabilitas fenotipiknya disebabkan oleh variasi
genetik. Dengan demikian, seorang penangkar bisa membuat kemajuan yang baik
dengan menyeleksi individu-individu yang memiliki kelebihan fenotipik sebab
korelasi keturunan-induk semestinya tinggi. Hal itu disebut seleksi massa, tapi
sebenarnya seleksi tipe tersebut didasari oleh catatan performans individu itu
sendiri atau fenotipenya.
1. Heretabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah pada sesuatu populasi terdapat
keragaman
genetik atau tidak.
2. Sifat kuantitatif umumnya cenderung mempunyai heretabilitas
tinggi, sebaliknya sifat
kuantitatif
mempunyai heretabilitas rendah.
3. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, ketahuai
bahwa criteria Tinggi tanaman kedelai
yang
dinilai itu dipengaruhi oleh lingkungan yang memang beragam (pengaruh
lingkungan
yang besar)
4. Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk
menerima perbaikan dan
memiliki
nilai antara 0 dan 1, jika H2 = 1 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul
karena
adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe
seluruhnya
timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam.
5. Populsi dengan heretabilitas tinggi memungkinkan dilakukan
seleksi, sebaliknya dengan
heretabilitas
rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila terlalu rendah,
hampir
mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.
6. Kriteria heretabilitas : 0 – 20 (rendah) ; 20 – 50
(sedang) ; >50 (tinggi).
1. Buat
asisten untuk praktikum pemuliaan tanaman terutama heritabilitas lebih di
prepare lagi sebelum menanam di kebun praktikum budidaya pertanian
2. Untuk
bahan yang akan di gunakan juga harusnya lebih di siapkan lagi agar untuk
perhitungan data lebih mudah
3. Sebelum
menanam sebaiknya asisten mendata varietas per kelompok yang akan di tanam.
4. Buat
asisten lebih memberi penjelasan lebih rinci lagi sebelum melaksanakan
praktikum.
Terima kasih
Allard.1960.Plant
Brading technique.Lowa State University Press
Brewbaker. 1983. Genetik Pertanian. Seri Lembaga Genetika
Modern. Jakarta.
E.J, Warwick.1995.Pemuliaan
Tanaman.Jogyakarta:Gajah
Mada University Press.
Fehr,W.R.1987.Principles of Cultivar Development.Vol
1.Theory and Technique.Lowa
State
University.New
York.
Kuswanto.2012.Heritabilitas/lecture.Malang:Universitas Brawijaya.
Nasir, M. 1999, “Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Harapan
Karakter Agronomi Tanaman Lombok (Capsicum annuum L.)”. Dalam Habitat.
(109) 11.p.1-8.
Poelman dan Sleeper.1995.Breeding
field crops.Edition 4.Lowa
State University Press/Ames.